Rabu, 13 April 2011

Kisah Buruh Pabrik



Di sekitaran kota solo ini banyak berdiri industry atau perusahaan mebel, mulai dari yang bersekala local atau internasional. Hal ini menimbulkan efek cukup positif, karena dapat menyerap tenaga kerja local atau dari luar daerah solo.
Seiring berjalannya laju pertubuhan ekonomi, ternyata masih banyak juga para pekerja atau masyarakat yang hidup paspasan atau dengan kata lain bekerja namun masih serba kekurangan.
Sedikit saya ceritakan hasil dari pengamatan dan pengalaman yang saya lakukan/rasakan.
Disebuah kota kecil pingiran karisidenan Surakarta, terdapat perusahaan mebel yang bersekala internasional dan menyerap banyak tenaga kerja.
Disisi lain, buanyak sekali tenaga kerja yang hidup dengan penghasilan paspasan alias mepet. Dengan batasan UMR yang sangat rendah dan kebutuhan pokok yang harganya selalu lebih tinggi.
Sisi mata dan batin yang akan bercerita. Sebutsaja namanya ibu parni, beliau bekerja sebagai buruh amplas dan serabutan di pabrik mebel. Jarak antara rmh dan pabrik sekitar 16KM setiap pagi beliau pergi /pulang kerja mengunakan Bus umum berangkat pukul 07:00 pulang pukul 05:00. Setiap hari ibu parni selalu bekerja di lingkungan yang sangat berdebu dan panas.
Upah yang di terimanya terhitung oleh setiap Pcs brg yang di selesaikannya, bias di tarik rata rata penghasilanya adalah
1hari setara Rp 20000,00 dengan beban yang wajib  di tanggung  hariannya adalah
1.       Ongkos pulang pergi                            Rp 6000,00
2.       Makan siang                                       Rp5000,00
3.       Beli makanan/jajan                              Rp3000,00
Dari total yang di hasilkannya per hari dan di kurangi beban biaya wajibnya, uang tersebut sangat tidak cukup untuk menopang biaya hidup keluarganya.
Sungguh menyedihkan sekali, di samping biaya hidup yang tinggi namun pengahasilannya sangat tidak bisa mencukupinya. Di tambah pula angka UMR di Surakarta masih rendah yaitu sekitar Rp 850,000,00 hal ini membuat para buruh sering mengeluh dan harus mencari biaya tambahan diluar jamkerja , misalnya berkebun,berdagang makanan kecil, atau bekerja di tempat lain di luar jam kerja.
Sungguh ironis keadaan para buruh di negri  ini,  mereka hanya bias meratapi nasib dan berjuang untuk menutupi hidup. Sangat jauh di bandingkan para wakil buruh di gedung DPR.
Sekian tulisan ini di tulis, semoga dapat menjadi topic bacaan yang bisa berguna bagi semua.
Tulisan ini hanya sebercik gambaran kehidupan di Negara ini dan tidak memiliki maksut negative apapun. Semua murni hanya karya tulis yang memberikan sumber informasi bagi sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar